Senin, 28 Februari 2011

Nikmat, Rasa Khas Pindang Bambu Ikan Sidat

Sidat Kita

Sidat Kita
Aneka jenis ikan di Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu, melahirkan berbagai menu masakan khas daerah dengan bahan utama dari ikan seperti dendeng sidat, pepes, presto, sop, kobayaki, sidat asap dan lain-lain. Salah satunya yang popular di Kabupaten Kaur adalah pindang bambu ikan Sidat.

Huas Sidat adalah menu masakan yang terbuat dari ikan Sidat batik yang hanya terdapat di perairan Kaur, Bengkulu. Konon, pada zaman penjajahan Jepang, mereka sangat menyukai ikan Sidat ini. Makan ikan sidat atau dikenal dengan Unagi, bukanlah makanan biasa, tetapi termasuk termahal di restoran Jepang sehingga bila kita dijamu dengan hidangan makanan tersebut, menunjukkan kita sebagai tamu terhormat. Ciri khas ikan Sidat adalah bertelur dilaut dalam, menetas di muara muara sungai dan membesar di air tawar

Sebelum dimasak, ikan Sidat segar dibersihkan dan dipotong-potong menjadi beberapa bagian kecil. Bentuknya yang panjang hampir menyerupai belut mempermudah proses pemotongannya. Bumbu yang digunakan adalah jahe, kunyit, bawang merah dan putih, daun serai, daun bawang, tomat dan cabe merah.

Irisan bumbu diatas diaduk bersama ikan Sidat yang sudah dipotong-potong. Lalu diberi garam, penyedap rasa dan air putih secukupnya. Ikan Sidat yang sudah diberi bumbu, selanjutnya dimasukkan kedalam bambu. Bambu yang digunakan harus bambu muda agar nanti saat dibakar, bambu akan mengeluarkan air yang akan membuat masakan kian gurih dan memiliki cita rasa tersendiri.

Cara memasak huas Sidat memang tergolong unik dan memakan waktu lama. Yakni, sekitar dua jam dibakar diatas bara api. Ikan Sidat harus dipastikan benar-benar matang agar tidak amis dan bumbunya betul-betul meresap kedalam serat daging ikan.

Huas Sidat sangat digemari oleh masyarakat kabupaten Kaur. Masakan ini bisa dipesan di berbagai restoran atau rumah makan yang ada di daerah tersebut. Biasanya, huas Sidat dimakan dengan nasi yang dibungkus dengan daun pisang. Tradisi ini mereka lakukan sudah sejak zaman nenek moyang mereka dulunya.

Selain lezat dan gurih, air bambu yang meresap ke dalam serat daging ikan membuat masakan ini memiliki rasa yang berbeda dengan menu masakan ikan lainnya. Mengenai harga, huas Sidat rata-rata dijual dengan harga 35.000 hingga 45.000 Rupiah setiap porsinya. Memang sedikit mahal, tapi sebanding dengan kelezatannya. Penasaran, silahkan berkunjung ke restoran di kabupaten Kaur!!
By. Sidat Kita

◄ Newer Post Older Post ►