Kamis, 24 Maret 2011

cara membenihkan ikan lele sangkuriang

Persyaratan reproduksi induk betina ikan lele SANGKURIANG antara    lain: umur minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,70 – 1,0 kg dan panjang    standar 25 – 30 cm. Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun,    berat 0,5 – 0,75 kg dan panjang standar 30 – 35 cm.



Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang    gonad. Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan    lembek. Secara praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan    induk pada lantai yang rata dan dengan perabaan pada bagian perut.    Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna    kemerahan.

Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi    dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan buatan    diperlukan banyak jantan sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami    jumlah jantan dan betina dapat berimbang. Induk lele SANGKURIANG    sebaiknya dipelihara secara terpisah dalam kolam tanah atau bak tembok    dengan padat tabr 5 ekor/m2 dapat dengan air mengalir ataupun air diam.    Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan kandungan protein    diatas 25% dengan jumlah pakan sebanyak 2 – 3 % dari bobot biomasa dan    frekuensi pemberian 3 kali per hari.

2.    Pemijahan dan Pemeliharaan Larva

Pemijahan ikan lele SANGKURIANG dapat dilakukan dengan tiga cara    yaitu: pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced    spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding).  Pemijahan   alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina  yang   benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di  bak/wadah   pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami  dilakukan   dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan  hormon perangsang   kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan  dilakukan dengan   cara merangsang induk betina dengan penyuntikan  hormon perangsang   kemudian dipijahkan secara buatan.

Pemijahan alami dan semi alami menggunakan induk betina dan jantan    dengan perbandingan 1 : 1 baik jumlah ataupun berat. Bila induk betina    atau jantan lebih berat dibanding lawannya, dapat digunakan  perbandingan   jumlah 1 : 2 yang dilakukan secara bertahap. Misalnya,  induk betina   berat 2 kg/ekor dapat dipasangkan dengan 2 ekor induk  jantan berat 1   kg/ekor. Pada saat pemijahan, dipasangkan induk betina  dan jantan   masing-masing 1 ekor. Setelah sekitar setengah telur keluar  atau induk   jantan sudah kelelahan, dilakukan penggantian induk jantan  dengan induk   yang baru. Wadah pemijahan dapat berupa bak plastik atau  tembok dengan   ukuran 2 x 1 m dengan ketinggian air 15 – 25 cm.  Kakaban untuk   meletakkan telur disimpan di dasar kolam.

Pemijahan buatan menggunakan induk betina dan jantan dengan    perbandingan berat 3 : 0,7 (telur dari 3 kg induk betina dapat dibuahi    dengan sperma dari jantan berat 0,7 kg).

Pemijahan semi alami dan buatan dilakukan dengan melakukan penyuntikan    terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari/hipofisa atau  hormon   perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya).  Ekstrak   hipofisa dapat berasal dari ikan lele atau ikan mas sebagai  donor.   Penyuntikan dengan ekstrak hipofisa dilakukan dengan dosis 1 kg  donor/kg   induk (bila menggunakan donor ikan lele) atau 2 kg donor/kg  induk (bila   menggunakan donor ikan mas). Penyuntikan menggunakan  ovaprim atau   ovatide dilakukan dengan dosis 0,2 ml/kg induk.

Penyuntikan dilakukan satu kali secara intra muscular yaitu pada  bagian   punggung ikan. Rentang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi  telur 10 –   14 jam tergantung pada suhu inkubasi induk.

Prosedur pemijahan buatan meliputi:

Pemeriksaan ovulasi telur pada induk betina,

Pengambilan kantung sperma pada ikan jantan,

Pengenceran sperma pada larutan fisiologis (NaCl 0,9%) dengan    perbandingan 1 : 50 – 100,

Pengurutan induk betina untuk mengeluarkan telur,

Pencampuran telur dan sperma secara merata untuk meningkatkan  pembuahan   (fertilisasi),

Penebaran telur yang sudah terbuahi secara merata pada hapa penetasan.

Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk    menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor    akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan kandungan    oksigen terlarut dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi.

Telur lele SANGKURIANG menetas 30 – 36 jam setelah pembuahan pada    suhu 22 – 25 oC. Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan    berupa kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai sumber  makanan   bagi larva sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur  dan   penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih    tinggi.  Pemeliharaan larva dilakukan dalam hapa penetasan. Pakan  dapat   mulai diberikan setelah larva umur 4 – 5 hari atau ketika larva  sudah   dapat berenang dan berwarna hitam.

3.    Pendederan I dan Pendederan II

Benih ikan lele dapat dipelihara dalam bak plastik, bak tembok atau    kolam pendederan. Pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex, Daphnia,    Moina atau pakan buatan dengan dosis 10 – 15% bobot biomass.
◄ Newer Post Older Post ►