Senin, 14 Maret 2011

Harga Ikan Melonjak Sejak Nelayan Berhenti Melaut

BATAM – Harga ikan laut di sejumlah pasar tradisional Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) naik hingga 100 persen selama beberapa pekan terakhir sejak nelayan berhenti melaut akibat gelombang tinggi dan cuaca ekstrim.



Harga ikan tongkol di pasar induk Jodoh Batam yang sebelumnya 15 ribu rupiah per kilo gram naik hingga 167 persen menjadi 40 ribu rupiah per kilo gram saat ini. Ikan tenggiri dan Manyuk yang sebelumnya di jual 30 ribu rupiah per kilo gram, menjadi 45 ribu rupiah per kilo gram saat ini.

Harga udang dan kepiting laut juga mengalami peningkatan rata rata 20 ribu rupiah per kilo gram. Sementara itu harga cumi-cumi yang sebelumnya dijual 21 ribu rupiah per kilogram menjadi 30 ribu sampai 40 ribu rupiah per kilogram. Sedangkan harga ikan kerapu relatif stabil yakni 40 ribu rupiah per kilogram begitupun dengan ikan karang belang kuning seharga 45 ribu rupiah per kilogram.

Peningkatan harga ikan laut tersebut juga terjadi di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Bintan, Kota Tanjung Pinang dan Karimun.

Seorang pedagang ikan di Pasar Berdikari Kijan Bintan Timur, Said Fadil mengatakan, harga ikan laut mulai merangkak naik sejak sebulan lalu disebabkan pasokan berkurang. Berkurangnya pasokan ikan laut ke sejumlah pasar tradisional kata dia disebabkan banyak nelayan yang tidak melaut karena gelombang tinggi.

Seorang nelayan asal Natuna, Syahdan mengatakan peningkatan harga ikan di sejumlah pasar tradisional saat ini cukup wajar karena pasokannya berkurang. Hal itu disebabkan banyak nelayan yang tidak berani melaut akibat cuaca ekstrim dengan gelombang tinggi hingga lima meter dan kecepatan angin 25 knot per jam.

“Jika kami memaksakan diri untuk melaut dikuatirkan nyawa kami akan terancam oleh gelombang laut yang sangat tinggi,” kata Syahdan, Selasa (1/2).

Cuaca ekstrim dengan gelombang tinggi dan kecepatan angin di atas normal tersebut, kata dia dipengaruhi belum berakhirnya musim angin utara dan kondisi itu akan berlangsung selama beberapa pekan kedepan.

Nelayan sendiri pada umumnya ingin segera melaut karena sumber matapencaharian untuk menghidupi keluarganya berasal dari mencari ikan, sehingga saat ini banyak nelayan yang terpaksa beralih profesi untuk menghidupi keluarganya. Banyak juga nelayan yang memanfaatkan waktunya untuk memperbaiki perahu yang rusak.

Nelayan lainnya dari Batam, Ramli mengatakan dengan kondisi cuaca saat ini memang banyak nelayan yang takut untuk melaut, namun beberapa nelayan terpaksa melaut untuk menghidupi keluarganya. Para nelayan tersebut melaut hanya di tepi pantai dan tidak sampai ketengah laut, akibatnya hasil tangkapan hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri dan sebagian dijual.

Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Kepri menyebut cuaca ekstrim masih akan terjadi di perairan provinsi Kepri yang menyebabkan ketinggian gelombang diatas normal yakni 3-5 meter terutama di perairan Natuna dan Anambas.

Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ranai Yassins Sons Ilyas mengatakan, musim angin utara yang menimbulkan gelombang tinggi ditambah tiupan angin yang mencapai 25 knot perjam serta hujan tersebut diperkirakan masih akan terjadi hingga akhir bulan Februari ini.

Banjir Surut

Sementara itu, banjir yang terjadi di sejumlah daerah di Provinsi Kepri kemarin (Senin) yang sempat melumpuhkan bandara internasional Hang Nadim Batam akibat hujan terus menerus selama tiga hari saat ini sudah mulai surut. Bandara Hang Nadim juga terlihat mulai beroperasi secara normal.

Namun akibat banjir masih dirasakan warga Batam, terutama warga yang tinggal di Perumahan Pesona Mantang Bengkong yang rumahnya ambruk disebabkan tanahnya longsor.

Salah seorang warga, Reza mengatakan rumahnya ambruk paska banjir kemarin, akibatnya dia mengalami kerugian ratusan juta karena rumahnya sudah hancur dan peralatan di dalam rumah juga banyak yang tidak bisa di selamatkan. (gus).
◄ Newer Post Older Post ►