Rabu, 16 Maret 2011

Ide Bisnis | Mencoba Usaha Soto Khas Surabaya

Berjualan soto bisa menjadi pilihan menekuni bisnis kuliner. Pasar makanan ini terbilang luas. Dalam versi berbeda, nyaris semua daerah punya makanan soto sebagai andalan. Pilihan usahanya beragam, dari mengambil waralaba sampai membuka warung sendiri.

Siapa yang tak kenal hidangan soto? Kita sangat mudah menemukan makanan khas Indonesia ini, dengan beragam versi. Ada soto kudus, soto surabaya, soto madura, soto padang, soto banyumas, hingga soto makassar.

Makanan ini memang disukai semua lapisan masyarakat, dan tidak dibatasi usia. Pendek kata,  lidah anak muda hingga orang tua pernah merasai sesendok kuah soto.
Pangsa pasar soto memang luas. Ini pula yang menjadi alasan banyak orang tertarik berjualan soto. Lagi pula, modal membuka usaha soto tergolong minim. Yang penting, soto harus enak, dijamin labanya nikmat.

Dengan daya tarik semacam itu, berbagai usaha pengusung soto sebagai menu andalan terus bermunculan. Mau soto sekelas resto, ada. Gerobak soto kaki lima pun banyak.

Di antara sekian banyak varian soto, soto ayam kampung khas Surabaya telah lama akrab di lidah kita. Selain kenikmatan rasa, Anda pun berkesempatan mencicipi kelezatan laba usaha ini. Kalau ogah repot memulai usaha sendiri, Anda bisa ikut mencicipi tawaran waralaba atau kemitraan dari pendahulu bisnis ini yang sukses.
Berminat? Berikut beberapa tawaran waralaba soto.

Soto Abas


Berdiri sejak 1997, Mochamad Cholis sukses mengembangkan bisnis soto ayam kampung khas Surabaya bertajuk Soto Abas. Sejak tiga tahun lalu, Cholis mengembangkan usaha ini dengan pola kemitraan. “Peminatnya lumayan banyak,” ujar Cholis.

Dari 12 cabang Soto Abas, sebanyak 10 adalah mitra usaha Cholis. Lokasinya menyebar di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Yogyakarta. Syarat menjadi mitra usaha Soto Abas cukup mudah. Anda hanya perlu menyediakan duit Rp 50 juta untuk menggunakan nama Soto Abas, tanpa berbatas waktu.

Imbalan lain, Anda akan mendapatkan perlengkapan makan dan minum, termasuk konter soto sebagai tempat berdagang. “Perlengkapannya ada 100 item dengan total jumlah barang 300,” tutur Cholis.
Mitra usaha juga akan mendapatkan bahan baku soto, berupa bumbu dan koya soto. Tapi, bahan baku ini hanya diberikan saat awal kerjasama. Selanjutnya, mitra usaha harus membeli dari Soto Abas.

Selain itu, calon mitra juga harus menyiapkan tempat usaha dengan luas minimal 7 meter x 7 meter. Dalam kerjasama ini, Cholis tidak mengutip royalti. “Laba usaha sepenuhnya milik mitra,” kata Cholis. Menurutnya, Soto Abas mendapat keuntungan dari penjualan bahan baku ke mitra, seperti bumbu dan koya. Bahan baku lain seperti ayam kampung bisa dibeli dari pasar terdekat.

Peluang bisnis soto, menurut Cholis, cukup besar. Dengan harga jual soto Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per porsi, omzet tiap outlet Soto Abas rata-rata bisa mencapai Rp 20 juta per bulan. Dari omzet sebesar itu, mitra mendapat Rp 5,6 juta per bulan sebagai laba bersih. “Dalam hitungan saya, mereka bisa balik modal satu tahunan,” ujarnya berpromosi.

Taksiran biaya sekitar Rp 14 juta per bulan. Pengeluaran itu terdiri pembelian bahan baku 60%, biaya operasional (10%), sewa tempat (5%), listrik (1%), dan penyusutan 2%.

Soto Ayam Jolali

Selain pola kemitraan, Anda bisa memilih skema waralaba. Adalah Hendro Dwi Sriyantono yang menawarkan waralaba Soto Ayam Jolali.

Gerai pertama Soto Jolali dibuka di Jalan Barathajaya, Surabaya, pada tahun 2006. Dia membuka konsep usaha soto gerobak. Sejak awal mendorong gerobak soto, soto ayam kampung khas Surabaya ini sudah kebanjiran pembeli. Saban hari, Hendro mengaku menjual hingga 100 mangkuk dengan harga Rp 5.000–Rp 7.500 per porsi.
Melihat respons pasar yang sangat antusias, Hendro pun semakin bersemangat mengembangkan usahanya. Pada Maret 2008, ia membuka gerai kedua di daerah Jatiwarna, Bekasi.

Setelah mengikuti pameran waralaba di Jakarta, Hendro memutuskan untuk mengembangkan bisnis soto dengan pola waralaba. Apalagi, permintaan sebagai terwaralaba Soto Ayam Jolali semakin banyak. “Sampai saat ini, ada 15 mitra yang tersebar di Surabaya, Jakarta. Pekanbaru dan Samarinda yang mengambil waralaba,” tutur Hendro.

Soto Jolali menawarkan dua paket waralaba untuk jangka waktu enam tahun. Tawaran paket pertama adalah tipe gerobak tenda dengan nilai investasi Rp 20 juta. Fasilitas yang diberikan berupa gerobak, tenda, meja, kursi, banner, mangkuk soto, piring makan, dan perlengkapan lainnya.

Paket berikutnya adalah tipe konter soto dalam ruangan. Tarif paket ini mencapai Rp 30 juta. Selain membayar franchisee fee, terwaralaba juga harus menyediakan tempat berukuran luas minimal 3 meter x 3 meter.
Setelah usaha berjalan, Hendro akan memungut royalty fee 3,5% dari total omzet. Biaya ini disetor setiap bulan.
Dalam hitungan Hendro, terwaralaba bakal mencapai titik impas setelah usaha berjalan enam bulan. “Itu dengan asumsi omzet terwaralaba Rp 15 juta per bulan,” ujarnya.

Dari omzet sebanyak itu, terwaralaba bakal mendapat laba bersih Rp 3,2 juta per bulan. Jadi, total pengeluaran untuk biaya operasional Rp 11,8 juta per bulan. Pengeluaran itu meliputi biaya gaji karyawan, sewa tempat, listrik, dan air, senilai Rp 3,8 juta. Sedangkan kebutuhan duit belanja bahan baku sekitar Rp 8 juta. Dus, silakan menikmati tawaran usaha soto surabaya. (Tabloid Kontan)





Sumber : ciputraentrepreneurship.com
◄ Newer Post Older Post ►