Sabtu, 05 Maret 2011

INFO BUDIDAYA


NILA GIFT
TEKNIK PEMBENIHAN SECARA MASSAL
DAN PEMBESARAN DI TAMBAK

PENDAHULUAN

    Nila Gift dikembangkan ICLARM ( International Center for Living Aquatic Research Management) di Filipina sejak 1987 melalui Genetic Improvement of Farmed Tilapia Project (GIFT), hasil persilangan dan seleksi antara ikan nila dari negara Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal dan Kenya. Didatangkan ke Indonesia tahun 1994 berupa Generasi ke-4 dan tahun 1997 Generasi ke-6 melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, sebagai salah satu anggota INGA (International Network for Genetic in Aquaculture).



Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ditetapkan oleh Bank Dunia sebagai ikan Abad 20, khususnya dalam program pengentasan kemiskinan dan pemenuhan gizi masyarakat. Secara genetika dibandingkan dengan jenis ikan nila lainnya, telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi. Selain itu ikan nila termasuk omnivora, sehingga dalam budi dayanya akan sangat efesien, dan biaya pakannya rendah. Ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau keramba jaring apung adalah 0,5 - 1,0.
  
    Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila jantan 40% lebih cepat daripada nila betina. Disamping itu nila betina jika sudah mencapai 200 g pertumbuhannya akan lamban. Untuk mengantisipasi kendala tersebut, saat ini sudah bisa dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi ikan manjadi jantan semua (sex reversal) dengan cara pemberian hormon 17a methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.

    Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman dan secara terkontrol (pasangan) dalam bak-bak beton. Sedangkan pembesaran dapat dilakukan dikolam, keramba jaring apung atau di tambak. Budi daya nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di keramba jaring apung 1.000 kg/unit (50m2)/panen (200.000kg/ha/panen), dan di tambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen. Ikan nila yang di Budi dayakan di tambak, pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan di kolam atau di jaring apung.

Pembenihan Nila

   Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam pemijahan dan kolam pendederan. Sebaiknya kolam-kolam di buat dengan pematang yang tingginya min 30 cm dari permukaan air, sumber pemasukan air yang terjamin kelancarannya, bebas dari pohon-pohon yang tinggi dan rindang, dan luas kolam masing-masing 200m2.

   Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. Perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3 : 1 dengan padat tebar 3 ekor/m2. Pemberian makan berbentuk pelet sebanyak 2% dari bobot biomassa/hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Sebaiknya untuk induk ikan didatangkan dari instansi resmi antara lain Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian dan keunggulannya terjamin.

   Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Pada tahap awal akan menghasilkan larva sekitar 300g (250 - 300 ekor larva) dan jumlah ini akan meningkat sampai mencapai 900 ekor larva.
Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus (45 hari), induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3 - 4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein di atas 35%.

   Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasi di kolam biasanya induk-induk betina mulai ada yang beranak menghasilkan larva. Larva tersebut dikumpulkan dan selanjutnya ditampung dalam hapa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m3. Pengumpulan larva dilakukan beberapa kali dari pagi hingga sore, dan diusahakan larva yang terkumpul satu hari ditampung minimal dalam satu hapa.


Jantanisasi Benih

   Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan (monosex) maka dilakukan proses jantanisasi. Dalam hal ini diperlukan minimal 24 buah hapa dengan ukuran masing-masing 2 x 2 x 2 m3 yang ditempatkan dalam kolam dengan luas kurang dari 400 m2 dan kedalaman air minimal 1,5 m2.
Dalam setiap hapa di isi larva sebanyak 20.000 - 30.000 ekor dan diberi pakan berbentuk tepung yang dicampur dengan hormon 17a methyl testosteron sampai masa pemeliharaan selama 17 hari (Lampiran 1).

   Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan berukuran 200 m2. Kolam sebelumnya harus dikeringkan, lumpurnya dikeduk, dan diberi kapur sebanyak 50 g/m2, dan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 250 g/m2. Setelah pengapuran dan pemupukan, kolam diisi air secara perlahan-lahan sampai ketinggian air sekitar 70 cm, digenangi selama 3 hari, diberi pupuk urea dan TSP masing-masing sebanyak 2,5 g/m2 dan 1,25g/m2.
Setelah kolam pendederan terisi air selama 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi dimasukkan dengan kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat dilakukan dengan pakan berbentuk tepung yang khusus untuk benih ikan. Pemupukan ulang dengan urea dan TSP dilakukan seminggu sekali dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25g/m2 kolam dan diberikan selama pemeliharaan ikan.

   Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan dengan bobot rata-rata 1,25 g (ukuran panjang 3 - 5 cm) bisa dipanen dengan menggunakan jaring erat. Sebaiknya jika ikan akan dipanen dan diangkut sebaiknya dalam keadaan perut kosong (min. 1 hari tidak diberi pakan) dan suhu air relatif dingin.
Pengangkutan menggunakan kantong plastik, dimana 1/4 bagian bagian berisi air dan 3/4 berisi oksigen murni yang diberi es balok ukuran 20 x 20 x 20 m3 (es balok berada dalam  media air bersama benih ikan). Kantong plastik dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran 3 - 5 cm maksimal 1.500 ekor/kantong, dengan masa toleransi dalam kantong sekitar 10 jam.


◄ Newer Post Older Post ►