Rabu, 23 Maret 2011

Legenda Maneki Neko


Maneki - neko (招き猫⁠) artinya "Beckoning Cat" yang artinya kucing pemanggil pelanggan juga biasanya dikenal sebagai Welcoming Cat , Lucky Cat , Money cat , atau Fortune Cat. Maneki - neko adalah salah satu patung yang umum di jepang. Maneki - neko biasanya terbuat dari keramik , yang katanya dapat membawa keberuntungan kepada yang punya. Terkadang , koin kecil suka hilang , karena digunakan sebagai sesajen atau pengorbanan Maneki - Neko. Seperti kita melempar koin di kolam permohonan. Kita kehilangan beberapa koin tetapi kita akan sangat beruntung! ^^

Seperti apakah bentuknya?


Maneki - neko berbentuk kucing yang tangan kanannya naik turun yang seakan akan memanggil pelanggannya (˘w˘)ʃ. Maneki - neko biasanya memakai kalung , bisa jadi sapu tangan atau syal. Tetapi biasanya berupa kalung. Kalungnya itu berwarna merah dan terbuat dari bunga merah. Maneki - neko juga biasanya diberi celemek atau dalam bahasa Jepang-nya adalah "hichirimen" yang sangat populer di zaman edo dan lonceng kecil yang biasanya digunakan untuk melacak atau menandai kucing di zaman edi. Ketiga barang tersebut biasanya imitasi sebagai perumpamaan bentuk kucing rumahan (biasanya) di zaman Edo. Maneki - neko biasanya juga diberi hiasan koin emas yang dikenal dengan sebutan koban (小判⁠) di Jepang. Pada zaman Edo koin emas tersebut biasanya diikat di kucing dan dipercaya membawa keberuntungan. Jadi tidak mengejutkan jika maneki - neko terdapat koin emasnya. Maneki - neko biasanya terbuat dari keramik , tetapi maneki - neko juga dapat dibuat dengan bahan - bahan lainnya seperti plastik yang tentu harganya lebih murah.


Sejarah Maneki Neko

Maneki - neko pertama kali muncul di jepang pada zaman Edo (1603 - 1867). Pada zaman Meiji , dikatakan di suatu artikel di Jepang (1876) yang berhubungan dengan maneki - neko

Selain itu ada juga cerita lain tentang maneki - neko tetapi masih agak ragu kebenarannya :

Beberapa atribusi untuk beberapa penguasa di Jepang , seperti Oda Nobunaga dan samurai Li Naotaka, suatu hari beliau dilewati kucing , yang sepertinya kucing tersebut melambaikan tangannya kepada beliau. Melihat gerakan kucing tersebut beliau berhenti dan mendekati kucing tersebut. Dan ternyata ketika dalam perjalanan , beliau menyadari bahwa beliau dijauhkan dari jebakan yang sedang menantinya atau bisa dibilang menjadi lebih beruntung. Semenjak itu , kucing telah dijadikan atau dianggap sebagai roh kebijakan dan roh keberuntungan. Banyak kuil - kuil dan rumah - rumah di Jepang menaruh patung berbentuk kucing dengan satu tangan mengangkat seperti sedang melambai. Maka maneki neko , sering juga disebut sebagai Kami Neko yang artinya dewa kucing atau roh kucing.

Beberapa ada yang mencatat kesamaan antara gerakan Maneki - Neko dengan kucing yang sedang memandikan wajahnya. Ada kepercayaan Jepang bahwa jika seekor kucing memandikan atau membasuh wajahnya maka pengunjung akan segera datang. Menurut keyakinan Cina jika ada kucing membasuh atau memandikan mukanya maka akan turun hujan. Dan hujan artinya hoki menurut orang Cina (pada saat Imlek orang berdoa agar hujan deras supaya tahun ini diberi rezeki yang melimpah). Jadi intinya kucing yang sedang membasuh atau memandikan wajahnya maka akan membawa keberuntungan ^^

Banyak legenda Jepang yang mengisahkan asal Maneki Neko. Dari tujuh legenda yang banyak dikenal, ada tiga yang paling terkenal. Yaitu Legenda Kuil Goutokuji, Pramuria Usugumo dari Yoshiwara dan legenda wanita tua dari Imado.

Legenda dan Historis

Kuil Goutokuji
Pada awal zaman Edo (abad ke-17) ada sebuah kuil yang terdapat di Setagaya, bagian barat Tokyo. Pendeta kuil tersebut memelihara seekor kucing bernama Tama. Pendeta tersebut sering berbicara dan kadang-kadang sedikit mengeluh kepada Tama mengenai kondisi kuilnya yang miskin."Tama, meskipun miskin aku memeliharamu di kuil ini, bisakah kamu melakukan sesuatu untuk kuil ini ?",harap sang pendeta pada Tama.

Kuil Goutokuji
Suatu ketika, seorang penguasa dari daerah Hikone (bagian barat Tokyo), bernama Naotaka Li pulang berburu. Ia berteduh menghindari hujan di bawah pohon besar yang terdapat di depan gerbang kuil. Seekor kucing memberi isyarat mengundang naotaka untuk berteduh di gerbang kuil. Tidak berapa lama setelah naotaka berteduh di gerbang kuil, pohon besar tersebut disambar petir. Nyawa Naotaka terselamatkan berkat Tama.

Setelah kejadian tersebut Naotaka Li dan keluarganya menunjuk kuil tersebut menjadi kuil keluarga dan merubah namanya menjadi Goutokuji. Kuil tersebut menjadi makmur setelah didukung oleh keluarga Li. Tama dikuburkan di pekuburan kucing di kuil tersebut dan diciptakan patung kucing (Maneki Neko) untuk mengingatkan orang kepada Tama.


Legenda Usugumo dari Yhoshiwara

Pada zaman Edo banyak terdapat kota-kota kecil yang penuh berbagai macam hiburan gaya Jepang yang disebut Yuukaku. Salah satu yang terkenal adalah Yoshiwara yang terdapat di bagian timur Tokyo.

Ada dua macam wanita yang bekerja di Yoshiwara. Yang terlatih secara profesional dalam hal musik dan menari disebut Geisha, lainnya adalah pramuria yang disebut Yuujo. Geisha kelas atas yang terlatih dalam berbagai kesenian disebut Tayuu.

Pada pertengahan zaman Edo (abad ke-18) ada seorang Tayuu yang bernama Usugumo. Ia terkenal juga sebagai penyayang kucing. Kucingnya selalu berada disampingnya kemanapun ia pergi.

Suatu malam, ketika Usugumo hendak memasuki toilet, kucingnya menari-narik bajunya dengan kasar. Meskipun diusir dengan susah payah, kucingnya tidak mau berhenti mengganggunya. Karena ketakutan Usugumo meminta bantuan pemilik rumah. Pemilik rumah tersbut datang dan menebas leher kucing tersebut dengan samurai, karena ditakutkan kucing tersebut adalah kucing setan.

Kepala kucing tersebut terbang ke langit-langit toilet, menggigit dan membunuh seekor ular besar yang sedang mengincar Usugumo.

Usugumo sangat menyesal karena telah salah membunuh kucingnya. Untuk mengingatkan jasa-jasa kucingnya, salah seorang tamu menghadiahinya patung kucing yang terbuat dari kayu yang harum. Patung kucing inilah yang kemudian berkembang menjadi Maneki Neko.

Legenda Wanita Imado

Pada akhir zaman Edo (abad ke -19), ada seorang wanita tua yang hidup di Imado, Tokyo bagian timur. Karena keadaannya yang sangat miskin, ia tidak mampu lagi merawat kucingnya. Ia berkata pada kucingnya "Maaf aku terpaksa menelatarkanmu karena kemiskinan ini".

Malamnya kuicng tersebut hadir dalam mimpinya dan berkata "Buatlah patung diriku dari tanah liat, patung tersebut akan membawa keberuntungan". Setelah jadi, patung tersebut dibeli orang, semakin banyak ia membuat patung, semakin banyak orang yang membelinya. Patung kucing (Maneki neko) tersebut membebaskannya dari kemiskinan.
.
.
◄ Newer Post Older Post ►