Sabtu, 19 Maret 2011

Meningkatnya Pasar Ikan Jelawat

Ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii) merupakan jenis ikan asli Indonesia yang dapat ditemui pada beberapa sungai di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Ikan jelawat termasuk dalam Genus Leptobarbus, yang mempunyai 5 spesies yaitu Leptobarbus hoevenii, L. hosii, L. melanopterus, L. melanotaenia dan L. rubripinnis. Secara umum klasifikasi ikan jelawat meliputi Phylum chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Famili Cyprinidae, Genus Leptobarbus dan Spesies
Leptobarbus hoevenii. Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang, kepala bagian sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal
tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan. Pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang tidak berwarna kemerah-merahan dan mempunyai 2 pasang sungut.Ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii) merupakan jenis ikan asli Indonesia yang dapat ditemui pada beberapa sungai di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Ikan jelawat termasuk dalam Genus Leptobarbus, yang mempunyai 5 spesies yaitu Leptobarbus hoevenii, L. hosii, L. melanopterus, L. melanotaenia dan L. rubripinnis. Secara umum klasifikasi ikan jelawat meliputi Phylum chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Famili
Cyprinidae, Genus Leptobarbus dan Spesies Leptobarbus hoevenii. Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang, kepala bagian sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal
tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan. Pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang tidak berwarna kemerah-merahan dan mempunyai 2 pasang sungut.

Produksi Ikan Jelawat
Ikan jelawat tidak terlalu populer seperti ikan mas dan nila, hanya dikenal pada kalangan tertentu, hal ini terjadi karena ikan jelawat tidak ditemukan di setiap daerah dan hanya ada di daerah asalnya, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kepulauan
Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Pengembangbiakan ikan jelawat
biasanya menggunakan karamba bambu, kayu atau jaring. Karamba ditempatkan di perairan umum dengan arus tenang yang dalamnya lebih dari dua meter pada musim kemarau. Saat ini, produksi ikan jelawat lebih banyak mengandalkan hasil tangkapan di perairan umum. Produksi ikan jelawat pada tahun 2001-2005 seperti terlihat pada tabel di samping.

Pemasaran ikan jelawat
Ikan jenis ini memiliki nilai ekonomi penting karena harganya relatif cukup
mahal di pasaran dan mulai jarang ditemukan di perairan umum. Ikan
jelawat banyak dikonsumsi di Kalimantan, Sumatera serta di negara Malaysia dan Singapura. Di Kota Palangkaraya, ikan jelawat merupakan salah satu ikan favorit, terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah makan. Salah satu rumah makan yang menyajikan menu ikan jelawat adalah Rumah Makan Matahari. Di Rumah Makan ini tersedia menu dari ikan jelawat diantaranya jelawat tim tauco, jelawat goreng, jelawat asam manis dan jelawat masak kecap.
Sementara itu, pasokan ikan jelawat yang dijual di Pasar Besar Palangkaraya
berasal dari Kabupaten Pulang Pisau, Seruyan, Katingan dan Kotawaringin
Timur. Harga ikan Jelawat di Pasar Besar Palangkaraya sekitar Rp. 35.000,- – Rp 38.000,-/kg. Jumlah pedagang ikan jelawat di Pasar Besar Palangkaraya sekitar 8 pedagang dengan penjualan rata-rata per hari sekitar 100-200 kilogram. Di Sungai Kahayan Kota Pontianak, jelawat mulai dibudidayakan dengan menggunakan karamba. Menurut Pak Rosli salah satu pembudidaya jelawat, ikan ini dapat dipanen setelah berumur sekitar 6-12 bulan dengan ukuran 1-2 kilogram per ekor. Satu karamba dengan ukuran 4 x 4 meter dapat menampung benih sekitar 1000 ekor. Jenis pakan yang biasa
diberikan adalah dedak, bungkil, daun ubi dan pakan buatan. Keberadaan ikan jelawat di alam mulai menurun jumlahnya, rata-rata ikan yang
tertangkap hanya berukuran 2 kilogram per ekor. Budidaya ikan jelawat perlu dikembangkan karena ikan ini banyak dicari orang, terutama orang-orang yang pernah merasakan dagingnya. Harga ikan jelawat cukup tinggi dan dapat membawa keuntungan bagi pembudidaya dan pedagang. Selain itu juga, untuk kegiatan pelestarian karena populasi ikan jelawat sudah berkurang akibat penangkapan yang berlebihan dan tidak selektif. www.wpi.kkp.go.id
◄ Newer Post Older Post ►