Sabtu, 05 Maret 2011

Pink Eye

Pendahuluan
Pink eye merupakan penyakit radang mata menular pada ternak, terutama sapi, kerbau, kambing dan domba. Pink eye disebut juga penyakit epidemik, karena ditempat yang telah terinfeksi dapat berjangkit kembali setiap tahunnya. Penyakit ini sering timbul dengan tiba-tiba terutama pada hewan dalam keadaan lelah. (Blood, dkk, 1983).
Pink eye dapat menyerang semua jenis ternak dan semua tingkat umur, tetapi hewan muda lebih peka dibandingkan dengan hewan tua. Penyebab utama pink eye pada sapi adalah moraxella bovis sedangkan pada domba dan kambing sering dikenal rickettsia colesiota, namun para ahli masih banyak berbeda pendapat ada yang menyebutkan penyebabnya bakteri, virus, chlamidia dan juga rickettsia. (Anonymous, 1998).

Etiologi
Pink eye dapat disebabkan oleh mikroorganisme pathogen, benda asing, trauma dan perubahan iklim. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya infeksi pink eye yaitu lalat, debu, kelembaban, musim, kepadatan hewan di dalam kandang serta kualitas makanan.  (Anonymous, 1998).
Infeksi pink eye lebih banyak berjangkit pada peralihan musim kemarau dibandingkan dengan musim penghujan. Tetapi pada kasus yang kronis dapat berlangsung sepanjang tahun. (Made, 1997).

Gejala klinis
Masa inkubasi penyakit ini biasanya 2-3 hari, kadang-kadang lebih panjang, hewan penderita mengalami demam, depresi dan penurunan nafsu makan, mata mengalami konjunctivitis, kreatitis, kekeruhan kornea dan lakrimasi. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan ulserasi kornea dan kebutaan. Pada kornea mata hewan yang sembuh dari penyakit ini terdapat jaringan parut. (Made, 1997)

Patogenesis
            Pada infeksi akut sekresi mata bersifat purulen, pada bagian bawah mata selalu basah, photopobia (takut cahaya). Kekeruhan kornea dapat meluas menutupi seluruh permukaan lensa mata bila diamati terlihat bintik-bintik putih atau keabu-abuan di tengah bola mata. Apabila membrana nictitan robek, maka bakteri oportunis dapat masuk kedalamnya dan mengakibatkan terjadinya infeksi pada mata sehingga mengakibatkan kebutaan. (Anonymous, 1998).
            Bintik-bintik putih semakin menebal dan menutupi permukaan kornea, cairan dari mata yang bersifat purulen saling melekat sehingga bulu mata lengket dan menyebabkan tergangunya penglihatan. Pada kasus yang kronis cairan mata keluar seperti nanah dan menempel di bawah permukaan mata sampai ke hidung bahkan mengeras membentuk keropeng. Pada infeksi ringan atau sub akut terlihat air mata cenderung keluar, kornea keruh dan sedikit pembengkakan pada jaringan sekitarnya. (Anonymous, 2004).

Diagnosis
                              Diagnosa pink eye dapat dilakukan berdasarkan etiologi, epidemiologi dan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan berdasarkan gejala klinis pada penderita pink eye akan menunjukan gejala seperti mata merah, kelopak mata bengkak dan lakrimasi yang meningkat. Pada kasus yang akut kornea mata keruh dan terjadinya pengapuran pada kornea mata. (Blood, dkk, 1983).

Pengobatan
Beberapa jenis antibiotik yang sering digunakan dalam pengobatan pink eye seperti larutan zinc sulfat 2.5%, salap mata sulfathiazole 5%, bacitrasin salap (R282), atau kombinasi anti bakterial dengan anestesi lokal (R289) atau serbuk urea-sulfa, yang digunakan secara lokal. Bisa juga dengan tetracycline, oxytetracycline/polymyxin B, atau erythromycine salep, yang diberikan 3-4 kali sehari, atau dengan pemberian larutan perak nitrat 1,5% (8-10 tetes) yang diberikan dengan interval 2-3 kali per minggu. (Blood dkk., 1983)
            Cara yang paling ekonomis dalam pengobatan Pink eye yaitu dengan furazone powder atau penyuntikan LA 200 secara intra musculus maupun diteteskan pada mata, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan sangat lama. Adapun Komposisi LA 200 terdiri atas : Gentamycin 100mg/ml : 10 ml, Dexamethasone, 2mg/ml : 10 ml, Aquadestilata  : 10 ml. (Anonymous, 2005)

Pencegahan
            Usaha pencegahan dapat dilakukan dengan mengetahui sumber infeksi dan cara penularannya sehingga dapat dilakukan usaha pencegahan antara lain :
  1. Memusnahkan hewan karier yaitu hewan yang dianggap sebagai sumber infeksi segera diisolasi dari kawanan ternak
  2. Hewan yang terinfeksi segera dikandangkan (isolasi) pada tempat yang gelap, guna untuk menghindari kontak dengan hewan yang sehat baik secara langsung atau tidak langsung seperti dinding kandang, air minum tempat pengembalaan dengan demikian dapat terhindar dari lalat yang merupakan vektor dari jasad renik tersebut.
  3. Sanitasi yaitu dengan menjaga kebersihan kandang serta lingkungan yang bersih serta terbebas dari genangan air.
  4. Mengurangi jumlah hewan di dalam kandang. Akibat terlalu padat hewan didalam kandang dapat menyebabkan kontaminasi sesama.
  5. Pemberian makanan yang cukup mengandung vitamin A atau padang pengembalaan yang baik sehingga dapat terhindar timbulnya infeksi.
Daftar Pustaka
Anonymous. 1998. The Merck Veterinary Manual. Eight Edition. Published by Merck and Co., Inc. USA.  
Anonymous. 2004.http://www.caprine.co.nz
Blood, D. C., O. M. Radostits. And J. A. Henderson. 1983. Veterinary Medicine. 6th. Ed. Lea and Febiger; Philadelphia.
Made Dewa. N.D. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. CV. Bali Media Perkasa. Denpasar.

◄ Newer Post Older Post ►