Selasa, 05 April 2011

Bagaimana Perkembangan musik klasik di Indonesia?

Musik klasik mempunyai tempatnya tersendiri dikalangan penggemar musik. Beberapa kalangan mengatakan bahwa musik klasik adalah musiknya kalangan elit. Tidak sedikit pula yang mengakui secara jujur bahwa tidak mudah untuk dapat turut menikmati musik klasik. Harus diakui bahwa musik klasik adalah jenis musik yang berkelas, musik nya orang gedongan, musik yang tanpa belajar pasti akan mustahil atau sulit untuk dapat memainkannya.

Padahal disisi lainnya ada pemahaman bagi beberapa kalangan yang menyebutkan bahwa apabila anak kecil sudah terbiasa mendengarkan musik klasik, maka itu akan menambah kecerdasan si anak. Disamping itu ada pula yang mengatakan bahwa dengan mendengarkan musik klasik, maka ketenangan pikiran akan diperoleh. Musik klasik dipercaya dapat bermanfaat sebagai obat penawar stress. Lebih dari itu musik klasik, dipercaya mampu mengembangkan cita rasa estetika seseorang, mengembangkan kemampuan manusia untuk menikmati keindahan.

Sayangnya, rekaman musik klasik tidak mudah diperoleh di pasaran, tidak seperti jenis musik lainnya. Untuk mendengarkannya pun agak sulit, karena hanya satu dua pemancar radio yang secara rutin memutar jenis musik klasik. Apalagi stasiun Televisi, televisi sangat jarang menyiarkan pertunjukan musik klasik, karena hampir dapat dipastikan dengan menyiarkan musik klasik, rating stasiun TV tidak akan naik.

Sejak lama sudah banyak upaya untuk memasyarakatkan musik klasik. Presiden Republik Indonesia yang pertama, Bung Karno di tahun 1950 an selalu memerintahkan untuk memutar musik klasik di kebon raya Bogor pada setiap hari minggu dan hari libur saat masyarakat luas berkunjung menikmati keindahan dan kebersihan kebon raya Bogor pada waktu itu. Lagu seperti The Blue Danube dari Johann Strauss selalu berkumandang di hari minggu atau hari libur melalui pengeras suara di kebon raya Bogor. Sampai sekarang, apabila saya meliwati kebon raya Bogor, maka sayup-sayup terdengar kembali di relung ingatan saya lagu The blue Danube yang indah itu. Walaupun sebenarnya hanya itulah satu-satunya lagu klasik yang saya kenal. Agak menyedihkan, karena sebagai penggemar musik, saya ternyata bukanlah termasuk golongan penggemar musik yang gedongan atau penggemar musik sekolahan mungkin. Saya senang musik klasik, namun agak terbatas pada lagu-lagu tertentu saja, yang tidak terlalu serius. Menyedihkan memang.

Addie MS, konduktor kondang, dengan Twilight Orchestra nya, menyadari benar akan hal ini. Terlihat dari banyak upaya nya untuk coba memasyarakatkan musik klasik, mulai dari kepada anak sekolah sampai kepada segmen masyarakat lain para penggemar musik. Upaya yang patut dihargai, namun harus diakui musisi musik klasik masih terbatas jumlahnya dan selain itu tanpa dukungan biaya yang memadai akan sangat sulit upaya tersebut untuk diwujudkan dengan cepat. Perhatian masyarakat luas pun sepertinya tidaklah begitu memihak pada upaya ini. Satu hal dari banyak masalah yang dihadapi adalah, Jakarta sendiri sebagai ibukota Negara yang besar, sampai dengan saat ini belum memiliki Concert Hall yang dapat dibanggakan. Mungkin Jakarta adalah satu-satunya ibukota negara yang belum memiliki ”Concert Hall”.

Mendengarkan musik klasik, ternyata juga merupakan masalah tersendiri. Banyak orang yang menggemari musik klasik mengatakan bahwa, dalam mendengarkan pagelaran musik klasik , para penonton harus disiplin, dalam arti tidak boleh ngobrol, tidak boleh bertepuk tangan sebelum lagu usai seluruhnya, apalagi turut berdendang ria, apabila lagunya kebetulan dikenal dengan baik. Terlalu banyak aturan, ini mungkin juga yang menghambat musik klasik mendapat tempat dihati para penggemarnya.

◄ Newer Post Older Post ►