Senin, 04 April 2011

Meubel Akar Jati Tembus Pasar Internasional

Bulu-Setelah hampir sebelas tahun lamanya membuka usaha menggeluti kerajinan berbahan akar/tunggak kayu jati dan ukir, menghantarkan Supriyanto 42 tahun, warga desa/kecamatan Bulu menjadi jutawan di desa setempat.


Semula ayah dua anak itu sempat kebingungan ketika memutuskan berhenti bekerja sebagai salesmen. Tetapi seiring keluar masuk hutan, acapkali melihat akar pohon jati yang tak terpakai, muncul ide mengolah benda itu dengan sentuhan kreasi seni yang laku jutaan rupiah.


Saat ditemui Supriyanto menyebutkan, benda yang seolah tak lagi berguna itu diolahnya menjadi meubel, dengan tambahan ukiran di beberapa bagian. Semula pekerjaan itu dikerjakan sendiri dan mendatangkan dua tukang dari Jepara. Dalam perkembangannya, beberapa pemuda penggangguran diajaknya bekerja, dilatih dan setelah mahir direkrut sebagai karyawan. Terakhir tercatat sejumlah 20 warga sekitar bekerja padanya.


Menurut Supriyanto, semula tunggak kayu jati dibentuk meja dan dalam perkembangannya dikembangkan menjadi aneka bentuk, tak jarang memenuhi desain yang dinginkan pemesan. Nilai jual produksinya berharga jutaan hingga puluhan juta rupiah, menyesuaikan bentuk dan tingkat kerumitan.


Ditambahkan, Untuk mengembangkan usaha, dia juga membuat meubel lain, mengikuti selera pasar. Saat ini yang banyak disukai konsumen adalah table coffee/ meja tempat minum kopi minimalis yang biasa ditempatkan di teras atau halaman belakang rumah untuk bersantai. Bentuk lain yang digemari yakni skesel ukir ukuran lebar yang difungsikan sebagai penyekat ruangan.


Hasil karyanya cukup dikenal kolektor yang juga pengusaha meubel dari luar negeri, antara lain dari Amerika, Belanda, Jerman, Perancis Korea dan China. Diantara buyer ada yang datang sendiri, namun kebanyakan memesan melalui broker atau agency.







◄ Newer Post Older Post ►